Sabtu, 24 Mei 2008

Flora Langka: Anggrek Hutan Kalimantan Terus Diburu

Dwi P Djatmiko, Direktur Eksekutif Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia Kalimantan Selatan, tak bisa menutupi kekecewaannya ketika bicara kondisi terakhir habitat anggrek hutan di Pegunungan Meratus.

Dwi P Djatmiko, Direktur Eksekutif Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia Kalimantan Selatan, tak bisa menutupi kekecewaannya ketika bicara kondisi terakhir habitat anggrek hutan di Pegunungan Meratus. Kemampuan kami terbatas, penyelamatan yang bisa dilakukan hanya pada dua kampung di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Daerah lainnya, kami tidak bisa berbuat banyak, katanya.

Kekecewaan itu tentu beralasan. Sebab, setahun terakhir perburuan anggrek hutan dan berbagai tanaman alam lain yang dijadikan tanaman hias dari Pegunungan Meratus terus marak dan tak terkendali. Kalau ini terus dibiarkan, lama-lama habis dan bisa saja orang Kalsel nanti hanya dapat menyaksikan kekayaan alam daerah ini di luar daerahnya, bahkan di luar negeri, katanya.

Pengambilan anggrek hutan Meratus dalam skala besar, kata dia, terjadi tahun 1980 oleh seorang peneliti dari Eropa di Gunung Halao-halao. Sekarang, koleksi anggrek Meratus yang terlengkap ternyata ada di Botanical Garden di London, Inggris. Daerah ini memang menjadi incaran karena sangat kaya dengan anggrek. Bahkan, ekspedisi Meratus yang dilakukan YCHI tahun 2005 saja menemukan lebih dari 100 jenis anggrek hutan, ungkapnya.

Kini perburuan anggrek berlangsung besar-besaran dan terus-menerus. Yang kami bisa pastikan tak terjadi penjarahan anggrek hutan Meratus hanya di Desa Haratai dan Malaris, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Warga dua desa ini membudidayakan sekitar 30 jenis anggrek hutan, hasilnya mereka jual Rp 50.000 hingga Rp 250.000 per pot, katanya.

Daerah lainnya, terutama di enam kabupaten, di antaranya Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Tapin, pengambilan anggrek hutan dan tumbuhan hutan lainnya terus berlangsung.

Perburuan anggrek hutan tropis basah dataran rendah itu begitu hebat menyusul booming bisnis tanaman hias di Indonesia akhir-akhir ini. Hal ini memicu munculnya para pedagang tanaman hias dadakan di Kalsel. Sayangnya, yang mereka jual bukan tanaman hias hasil budidaya, tetapi mengambil dari alam.

Dan untuk mendapatkan berbagai jenis tanaman khas Kalimantan, mereka tidak perlu pergi ke hutan berhari-hari. Para pedagang itu tinggal menyuruh warga setempat masuk hutan.

Apa yang diambil dari hutan semua mereka beli secara karungan dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 50.000 per karung.

Dari Kecamatan Loksado, anggrek hutan diangkut dengan sepeda motor atau mobil bak terbuka. Pengangkutan biasanya berlangsung Jumat malam atau Sabtu pagi. Mereka menempuh jalan sekitar 180 kilometer arah Banjarmasin dan menggelar dagangannya di pinggir jalan di Kilometer 7 Jalan A Yani, Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar. Pasar itu hanya berlangsung setiap hari Minggu.

Minggu (28/10), misalnya, berbagai jenis anggrek hutan dijual dengan murah di pasar ini. Jenis anggrek yang seluruh daunnya merah dan belum diketahui namanya dijual Rp 10.000- Rp 15.000 per pot. Sementara anggrek jenis pandu dijual Rp 5.000 per tangkai. Anggrek tebu atau anggrek macan jika sedang berkembang baik, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Selain anggrek, juga dijual berbagai jenis tumbuhan jenis paku-pakuan dan lumut. Kampil warik (tanaman merambat berbentuk kantong seperti pipi monyet saat penuh makanan) hanya dijual Rp 5.000 per tangkai, sedangkan bunga bangkai Rp 60.000 per umbi. Kantong semar yang dijual di pasar dadakan ini sebagian besar didatangkan dari Hampangin, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.

Saya setiap minggu mencari jenis anggrek baru. Kalau beruntung, bisa dapat jenis anggrek yang bagus dengan harga murah, tutur seorang perempuan yang tinggal di Perumahan Kayu Tangi, Banjarmasin.

Mereka yang datang ke pasar itu tak hanya dari Banjarmasin dan sekitarnya, tetapi juga dari Jakarta. Selain untuk oleh-oleh, ada juga yang sengaja membeli dalam jumlah besar untuk dijual lagi di Ibu Kota. Agar lolos dari pemeriksaan petugas bandara, tumbuhan hutan itu dikemas dalam kardus dan dimasukkan bagasi atau dititipkan pada pedagang untuk dikirimkan lewat jasa pengiriman barang.

Pengurasan sumber daya hutan di Pegunungan Meratus tampaknya akan terus berlanjut karena belum ada upaya maksimal untuk menghentikannya. (M Syaifullah

Fauna kalimantan

ITIK BENJUT TERTANGKAP PEMBURU DARI KALSEL
Submitted by Agus on Mon, 09/04/2007 - 4:45pm. "Sungguh malang nasib si benjut, Itik yang jarang sekali dijumpai di perairan danau mahakam harus mendekam dalam kandang bersama puluhan burung belibis lainya. Sesekali hanya bisa berjalan mondar-mandir dalam kandang dan bulunya tampak kusam setelah terkena jaring para pemburu. Entah berapa lama lagi dia akan hidup, karena para pemburu akan segera memotong burung tersebut ketika para tengkulak datang untuk membeli dagingnya". 22 Maret 2007, di daerah Pela lama berdekatan dengan danau Semayang, Kalimantan Timur, berkunjung ke sebuah penampungan perdagangan burung belibis kembang (Dendrocygna arcuata). Dalam kunjungan tersebut terdapat puluhan belibis kembang mendekam dalam kandang yang dikumpulkan oleh para penangkap. Kunjungan ini merupakan kegiatan survei penelitian untuk mengetahui intensitas laju tingkat perdagangan burung tersebut. Para pemburu/penangkap berasal dari Kalsel yang memang berprofesi sebagai pemburu belibis. ratusan hingga ribuan belibis dipotong dan dikirim ke Kalsel dalam setiap bulanya. Namun yang terjadi beberapa jenis burung lainya juga ikut tertangkap, salah satunya adalah itik benjut (Anas gibberifrons). Sungguh sayang sekali, itik yang jumlah popolasinya sedikit dan jarang di jumpai ini harus ikut tertangkap bersama belibis kembang.
BAJING DAN TUPAI BORNEO
Submitted by Agus on Sun, 25/02/2007 - 9:13pm. Kurang tepat bila ada perumpamaan “sepandai-pandainya Bajing meloncat akhirnya jatuh juga”, yang umum adalah “sepandai-pandainya Tupai meloncat akhirnya jatuh juga”. Namun demikian, si Bajing juga tak mau kalah dan juga memiliki kelebihan dibanding tupai. Kata bajing juga populer dipakai dalam bahasa kita yang menjadi kata sifat, yaitu; Bajingan. “Bajingan itu memperdayaiku, kemudian menguras semua harta benda yang kupunya”
Kedua jenis binatang tersebut sama-sama pintar dan hebat, sehingga orang Indonesia sering menggunkan istilah dari kata bajing dan tupai. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong sangat panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan bajing tidak demikian. 1. Tupai
Tupai sebelumnya diklasifikasiskan sebagai primata dan insectivora, tetapi sekarang diperlakukan sebagai suku tersendiri, dan sebagian zoologiwan dikelompokkan sebagai suku tersendiri, Scandentia. Ke-8 jenis Tupaia yang terdapat dipulau Kalimantan sangat mirip satu sama lain, tetapi biasanya dapat dibedakan dengan pengamatan yang hati-hati terhadap pola warna dan ukuranya. Bajing-Tanah moncong-runcing Rhiosciurus laticaudatus kadang bila terlihat dari jauh mirip seekor tupai, tetapi dapat dibedakan dari ekornya yang lebih pendek, tubuh bagian bawah lebih pucat dan jika ditangkap jari kaki depan akan mengalami perubahan dan gigi yang sangat berbeda. Anggota suku tupaidae lainya adalah tupai ekor sikat, yang sepintas berbeda dari tupaia dan merupakan satu-satunya anggotasuku yang norkturnal, dan tupai ekor kecil yaitu ras yang terdapat di pegunungan dan ekornya panjang serta kurus. Tupai merupakan orde dari scandentia yang memilki satu famili dan mempunyai sebanyak 10 spesies.

TAMAN MASKOT

Objek wisata di daerah Kalimantan Selatan khususnya di Banjarmasin biasanya tidak lepas dari air, yaitu sungai dan laut. Hampir 90% objek wisata yang ada, berada di sungai-sungai ataupun dekat dengan sungai. Contohnya seperti Pasar Terapung, Pulau Kembang, makam dan masjid Sultan Suriansyah, Pulau Kaget, Bendungan Riam kanan, Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Jembatan Barito dan lain-lain, tidak heran kalau Kalimantan Selatan khususnya kota Banjarmasin disebut sebagai kota Seribu Sungai.
Taman maskot adalah salah satu objek wisata yang ada di Banjarmasin, sebuah taman yang terletak di pusat kota Banjarmasin, yang secara tidak langsung menjadi paru-paru kota Banjarmasin, selain dari taman yang ada di halaman Mesjid Raya Sabilal Muhtadin. Kenapa saya sebut sebagai paru-paru kota nanti akan dijelaskan pada penjelasan berikutnya. Kemudian, taman maskot juga dijadikan sebagai sarana rekreasi keluarga dan sebagai tempat beristirahat.
Dinamakan taman maskot dikarenakan di dalam taman terdapat patung kera Bekantan (Nasalis larvacus) yang dijadikan sebagai maskot kebanggaan warga daerah Kalimantan Selatan. Selain itu, ada juga pohon Kasturi yang merupakan pohon khas yang ada di Kalimantan Selatan. Taman maskot dengan maskotnya yang khas telah menjadi salah satu identitas dari kota Banjarmasin, baik untuk urang Banjar sendiri maupun bagi orang dari daerah luar.
Taman maskot terletak di pusat Kota Banjarmasin, tepatnya di kawasan jalan H. Djok Mentaya. Taman ini berada tepat di sebelah Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berseberangan dengan sungai Martapura, serta dekat dengan gedung Banjarmasin Post. Dinamai taman maskot karena ditaman tersebut terdapat patung kera bekantan (Nasalis larvacus), si kera berhidung panjang atau dikenal pula dengan sebutan monyet belanda (Walanda), serta pohon kasturi, yang dijadikan sebagai maskot daerah Kalimantan Selatan. Tetapi, untuk yang kedua tersebut (kasturi) tidak begitu dikenal orang.
Apabila kita memasuki taman melalui pintu gerbang utama, kita akan disambut oleh patung kera bekantan sebesar tubuh orang dewasa yang tepat menghadap pintu gerbang. Kemudian kurang lebih berjarak 5 meter dibelakangnya terdapat juga sebuah tugu berbentuk segi empat dengan tinggi kurang lebih 300 cm, di atas tugu tersebut berdiri sebuah patung pohon yang pada cabang-cabangnya terdapat patung-patung kera yang seakan-akan sedang beraktivitas bergelantungan.
Di dalam taman, kita dapat menghirup udara bebas yang segar, karena banyak terdapat pepohonan yang berfungsi menyaring udara. Pepohonan tersebut diantaranya adalah beringin, kasturi, mangga, kelapa gaging, kelapa sawit dan lain-lain. Walaupun areanya tidak begitu luas, taman yang dulunya juga berfungsi sebagai kebun binatang ini juga dijadikan sebagai taman percontohan Kalimantan Selatan.
Pada bagian tengah taman terdapat dua buah payung dengan tempat duduknya yang unik, cocok sekali sebagai tempat beristirahat melepas lelah dan menikmati suasana sekitar taman yang asri. Kemudian dibagian lain terdapat pula semacam balai-balai yang juga berfungsi sebagai tempat beristirahat ataupun sebagai tempat untuk menikmati suasana taman. Di bagian pojok dalam taman, sebelah kanan dari pintu gerbang, terdapat rumah tanaman yang didalamnya banyak diisi pot-pot kecil berisi tanaman hias,seperti kaktus, lidah buaya dan berbagai jenis tanaman lain, kemudian dipojok dalam sebelah kirinya terdapat sebuah bangunan yang belum selesai dibangun, dilihat dari bentuknya, bangunan tersebut adalah sebuah warung. Dibagian belakang taman terdapat sungai yang alirannya berasal dari Sungai martapura dan terus mengalir ke sungai sekitar Mesjid Sabilal Muhtadin, menambah segar dan asri pemandangan yang ada. Di belakang tugu pohon maskot terdapat WC umum untuk pria dan wanita. Di bagian lain taman, terdpaat pula kebun yang berada persis di sebelah kiri tugu maskot berhadapan dengan bangunan berbentuk warung tadi.
Untuk memudahkan pengunjung dalam mengelilingi taman, taman maskot juga dilengkapi dengan jalan-jalan kecil beralaskan batako, dan sebagian dari jalan tersebut ada yang di pinggir-pinggirnya dihiasi oleh tamanan-tanaman bunga, sungguh enak dipandang mata. Pohon-pohon besar yang rindang dan teduh, semakin menambah nyaman taman ini untuk disinggahi barang sejenak.
Taman maskot biasanya ramai dikunjungi orang pada pagi hari, sekitar jam 06.00 – 08.00, terutama oleh muda mudi yang sedang berlari pagi ataupun yang hanya sekedar menikmati pemandangan yang ada. Terjadi setiap harinya, terlebih-lebih pada hari minggu. Kemudian sore harinya, taman tersebut dijadikan tempat nongkrong anak-anak muda, khususnya para breaker yang melakukan atraksi breakdance di halaman taman tersebut, biasanya mereka terdiri dari komunitas-komunitas yang jumlahnya kurang lebih ada 10 sampai 20 orang. Selain itu, taman maskot juga biasanya dijadikan tempat start dalam lomba jalan santai yang diadakan di kota Banjarmaisn.
Taman maskot adalah taman yang terletak di pusat kota Banjarmasin. Sebuah taman yang menonjolkan identitas kota tersebut, yaitu terdapatnya dua maskot Kalimantan Selatan, yakni kera Bekantan (Nasalis larvacus) dan pohon kasturi. Selain sebagai tempat sarana rekreasi, taman maskot juga berfungsi sebagai paru-paru kota, dan ikut memperindah kota Banjarmasin. Pepohonan yang rindang dan teduh di taman tersebut membuat taman terasa asri dan nyaman.
Di tengah kota Banjarmasin yang semakin lama semakin tidak mempunyai hutan, keberadaan sebuah taman yang asri dan nyaman sangatlah diperlukan. Untuk itu selayaknyalah apabila kita ikut serta menjaga taman-taman yang ada termasuk juga taman maskot, agar bermanfaat bagi kita semua.

Bekantan masih terlihat Berkeliaran di Pedalaman Kalsel


Balangan (ANTARA News) - Kera besar khas Kalimantan, Bekantan alias Kera Hidung Besar (nasalis larvatus), masih banyak yang hidup berkeliaran di kawasan desa-desa terpencil Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Sejumlah warga di bilangan Desa Inan, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, Kalsel, mengemukakan bahwa mereka sering menghalau sekelompok kera yang menjadi maskot Kalsel tersebut.

"Kera bekantan masih banyak berkeliaran di wilayah desa kami, bahkan warga kami menganggap kera besar ini sebagai hama tanaman," kata Aliansyah, penduduk desa yang berada di kawasan lereng Pegunungan Meratus.

Lantaran dianggap menjadi satwa penggangu tenaman, maka kera berhidung besar yang asli Kalimantan tersebut sering di-"gariti" (diburu), bahkan ada yang dibinasakan warga.

"Belum lama tadi satu ekor kera bekantan sebesar manusia diburu lalu dibinasakan, karena memangsa tanaman karet unggul yang baru ditanam di kebun," kata salah seoramh warga desa tersebut.

Kemarahan warga terhadap kera bekantan ini sudah tak terelakkan lagi, karena binatang ini terbilang rakus mengganggu tanaman warga.

Sebatang pisang saja kalau seekor kera besar ini mengambil buahnya, maka batang pisang itu akan rubuh dan mati,karena tak sanggup menahan berat kera ini.

Bekantan bukan saja memakan buah-buahan, tetapi sering memakan daun daun karet yang baru ditanam, padahal karet yang ditanam itu bibit unggul yang dibeli petani dengan harga mahal. sehingga warga kesal kalau dimangsa pengganggu ini,

Kera hidung besar yang sering disebut sebagai kera Belanda itu, selama ini hanya dikenal hidup di pesisir khususnya di Pulau Kaget Barito Kuala yang dikenal sebagai objek wisata, suaka margasatwa.

Bekantan termasuk binatang yang dilindungi, dan pernah ditangkarkan di Kebun Binatang Surabaya (KBS). (*)

Banjarmasin, Kompas - Hewan maskot Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai "monyet belanda" atau bekantan (Nasalis larvatus) kini populasinya nyaris punah, hanya tersisa sekitar 200 ekor. Penyebabnya karena perdagangan bekantan hingga kini masih marak serta akibat langkanya makanan berupa dedaunan pohon rawa dan mangrove akibat dibabat untuk industri kayu.

Pemerhati binatang endemik Kalsel, Akhmad Arifin, di Banjarmasin, Senin (29/3), menyatakan, saat ini populasi bekantan sudah mendekati SOS (save our soul). "Sekarang tinggal sekitar 200 ekor saja. Dulu tahun 1999 masih terdata sekitar 400 ekor," ungkapnya.

Selama lima tahun, laju kepunahan bekantan yang dikenal sebagai monyet hidung panjang tersebut mencapai 200 ekor. "Ini terjadi karena selain faktor makanan yang langka juga faktor perburuan bekantan yang hingga kini masih marak," ujarnya.

Bekantan merupakan primata endemik khas Kalimantan, yang selain dapat ditemui di Kalsel juga ditemui di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Bekantan termasuk binatang dilindungi berdasarkan ordonansi Perlindungan Binatang Liar Nomor 134 Tahun 1931.

"Binatang ini sangat sensitif dan sulit bertahan hidup di daerah yang bukan habitatnya," tutur Arifin. Penyebaran bekantan sangat terbatas di hutan pantai, rawa mangrove, rawa air tawar, dan hutan tepi sungai.

Arifin menandaskan, faktor yang mempercepat penurunan populasi adalah gangguan habitat serta perburuan. Bekantan, antara lain, diselundupkan ke Kanada dan Amerika. Di Banjarmasin, perdagangan juga marak. Harga per ekor berkisar Rp 75.000 sampai Rp 150.000.

Kepunahan bekantan dipercepat dengan langkanya makanan bekantan. Makanan pokok 95 persen berupa dedaunan dan buah. Dedaunan yang menjadi makanannya adalah beringin, rambai, bakau, perapat, api-api, piai, dan bakung.

"Pepohonan yang daunnya dapat dimakan bekantan banyak ditebang untuk bahan baku industri kayu," ungkap Arifin. Di hutan Kuala Pudak Barito Kuala, hutan rambai dibabat untuk industri perkayuan. Pohon bakau juga habis ditebang untuk kayu bakar. (amr)

Flora & Fauna

Kekayaan flora dan fauna di Kalimantan Selatan sedapat mungkin dipelihara sebagai bagian dari kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini dilakukan upaya konservasi sumber daya alam yang meliputi konservasi di dalam kawasan hutan dan konservasi diluar kawasan hutan. Khususnya konservasi didalam kawasan hutan dilakukan dengan melalui pembangunan suaka margasatwa, suaka alam, dan taman wisata serta taman hutan raya.

Berbagai fauna yang tergolong satwa langka yang dilindungi yang tersebar pada hutan suaka alam dan wisata yaitu:

  • Bekantan (Nasalis Larvatus)
  • Kera Abu-abu (Maccaca Irrus)
  • Elang (Butatstur sp)
  • Beruang Madu (Hylarotis Malayanus)
  • Kijang Pelaihari (Muntiacus Salvator)
  • Owa - Owa (Hylobatus Mulleri)
  • Elang Raja Udang (Palargapais Carpusis)
  • Cabakak (Hakyan Chalaris)
  • Rusa Sambar (Cervus Unicular)
  • Biawak (Varanus Spesi)
  • Kuau (Argusianus Argus)
  • Pecuk Ular (Prebytus Rubicusida)

Pusat-pusat konservasi flora dan fauna seperti disebutkan di atas dapat lebih diperincikan sebagai berikut:

1. Cagar Alam Pulau Kaget

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Bekantan (Nasalis Larvatus), Kera Abu-abu (Macaca Fasicularis) dan lain-lain.

2. Cagar Alam Gunung Kentawan

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung.

3. Suaka Margasatwa Pelaihari - Martapura

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Beruang Madu (Helarctus Malayanus), Kuwau (Argusianus Argus), Pecuk Ular (Cervus Unicolor), dan Kijang Pelaihari (Muntiacus Pleiharicus)

4. Suaka Alam Pelaihari Tanah Laut

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan, burung raja udang (Palargopsis Capengis), rusa sambar, dan biawak (Varanus Salvator).

5. Taman Wisata Pulau Kembang

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan , kera abu-abu, bajing tanah (Laricus Insignis) dan elang abu-abu (Butartur sp)

6. Taman Hutan Raya Sultan Adam

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi berbagai jenis flora dan fauna, sekaligus sebagai kawasan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas lambung Mangkurat.

Terdapat tiga buah reservant masing-masing di Danau bangkau, Danau panggang, dan Sungai Buluh, sebagai kawasan untuk melindungi satwa air khususnya pada saat hewan tersebut berkembang biak. Hewan-hewan yang dilindungi di kawasan ini antara lain ikan Haruan (Ophiocephalus Striatus), Betok (Anabas Testudineus), Sepat Siam (trichogaster pectoralis), tambakan (helostoma temmincki), dan buaya taman (Crocodile sp)

Selain itu, dalam usaha menjaga kelestariaan tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langka telah dikembangkan penanaman tumbuhan langka khas Kalimantan Selatan di Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat yang dikelola oleh Fakultas Pertanian.

Wilayah propinsi Kalimantan Selatan kaya akan sumber plasma nutfah dan dianggap sebagai tempat asal dari berbagai tumbuhan seperti :

1. Durian (Duriospesi)
2. Tebu (Sacharum Officinarum)
3. Kasturi (Mangifera Delmiana)
4. Rambutan (Nephelium Lappocum)

Hutan Daratan rendah dan tinggi didominasi oleh spesies :

1. Meranti (Dipterocorpus Spesi)
2. Hopea (Hopea spesia)
3. Ulin (Eusideroxlyon)
4. Kempos (Komposia Spesi)
5. Damar (Agathis bornensis)
6. Sindor (Sindora Spesi)

Di daerah hutan tanah bergambut pepohonan utamanya meliputi :

1. Ramin (Gonostylus Bancadud)
2. Jeluntung (Dura Spesi)
3. Ebony (Displyros Spesi)

Di daerah hutan rawa dibagian barat Kalimantan Selatan banyak ditemui

1. Xylopia Spesi
2. Tarantang (Comnaperma Spesi)
4. Nipah (Nipahfruitcans)

Di daerah hutan air payau banyak terdapat :

1. Bakau (Rhizospora spesi)
2. Prapat (Soneratia spesi)
3. Api - Api (Avicenia spesi)
4. Bruguira spesi

Dua spesies rotan yaitu spesi dan Daemonorps adalah tanaman memanjat terpenting. Tanaman memanjat lainnya adalah ficus spesi. Di atas pohon-pohon besar di dalam hutan terdapat berbagai anggrek.